Ikterus pada neonatus merupakan kondisi yang perlu
diperhatikan. Ikterus adalah warna kuning pada sklera dan kulit yang disebabkan
adanya penumpukan unconjugated
bilirubin. Penumpukan bilirubin ini pada sebagian besar
neonatus merupakan hal yang normal namun pada beberapa neonatus, serum
bilirubin yang tinggi dapat melewati blood brain barrier dan bersifat neurotoksik. Masuknya bilirubin ke otak dapat
menyebabkan sisa gejala neurologis seumur hidup bahkan juga menyebabkan kematian.
Keadaan ini disebut kernikterus.
Hiperbilirubinemia
pada neonatus (terutama pada kelahiran prematur) disebabkan oleh pemecahan
eritrosit fetus yang meningkat (jumlah eritrosit pada neonatus lebih banyak,
masa hidup eritrosit pada neonatus lebih pendek) disertai dengan fungsi hati
yang belum sempurna.
Ikterus
yang terjadi sebelum 24 jam pertama setelah dilahirkan perlu dievaluasi lebih
lanjut karena ikterus ini bukanlah ikterus yang fisiologis. Begitu pula dengan
ikterus yang terjadi setelah 3 – 4 hari setelah dilahirkan perlu dimonitor.
Ikterus fisiologis terjadi pada hari ke-2 sampai hari ke-3 setelah dilahirkan.
Sedangkan ikterus berat yang timbul pada minggu pertama – minggu kedua dapat
disebabkan oleh galaktosemia atau karena hipotiroid kongenital.
Beberapa
panyebab ikterus pada bayi :
- defisiensi enzim G6PD (glucose-6-phosphatase dehydrogenase)
- sindrom Gilbert
- kelahiran prematur
- inkompabilitas golongan darah ibu – bayi
- polisitemia
- penggunaan obat – obatan
- ras (prevalensi lebih tinggi pada Asia, Indian, Yunani)
- pemberian ASI, dll
Banyaknya
variabel yang mempengaruhi hiperbilirubinemia pada neonatus menimbulkan
kesulitan untuk membuat algoritma sederhana untuk mengintervensi
hiperbilirubinemia ini. Saat ini, rekomendasi untuk memulai pengobatan pada hiperbilirubinemia
ini berdasarkan klinis.
Pengobatan/terapi
pada hiperbilirubinemia ditujukan untuk mencegah terjadinya kernikterus.
Terapi
yang dilakukan untuk mengatasi hiperbilirubinemia:
1. Fototerapi
Fototerapi
merupakan pengobatan utama pada neonatus dengan unconjugated hiperbilirubinemia. Dengan
mempertimbangkan penyerapan bilirubin terhadap sinar dengan panjang gelombang
tertentu dan penyerapan sinar oleh kulit, maka pada fototerapi digunakan sinar
biru.
2. Intravena immunoglobulin (IVIG)
Dalam beberapa tahun ini, IVIG digunakan pada banyak kasus
yang berhubungan dengan imunologis. Pada hiperbilirubinemia yang disebabkan
oleh inkompatibilitas golongan darah ibu – bayi, IVIG menurunkan kemungkinan
dilakukannya transfusi tukar.
3. Tranfusi tukar
Transfusi tukar dilakukan bila terapi lain gagal untuk
mengontrol serum bilirubin. Sebagai tambahan, transfusi tukar diindikasikan
untuk eritroblastosis dengan anemia berat, hidrops, atau keduanya meskipun
tidak terjadi peningkatan serum bilirubin.
Beberapa komplikasi dari transfusi tukar yang pernah
dilaporkan sebagai berikut :
· trombositopenia,
· necrotizing enterocolitis,
· gangguan
keseimbangan elektrolit,
· infeksi.
4. Pada hiperbilirubinemia akibat pemberian ASI, maka penghentian ASI
selama 24 – 48 jam akan menurunkan serum bilirubin. Namun demikian masih ada perbedaan pendapat mengenai
penghentian ASI sementara.
5. Fenobarbital
Menurut
beberapa penelitian, fenobarbital dapat menurunkan serum bilirubin pada minggu
pertama setelah dilahirkan. Fenobarbital
digunakan untuk meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin. Fenobarbital
dapat digunakan pada ibu hamil atau pada bayi setelah dilahirkan.
0 komentar:
Posting Komentar