0

Ikterus pada Neonatus



Ikterus pada neonatus merupakan kondisi yang perlu diperhatikan. Ikterus adalah warna kuning pada sklera dan kulit yang disebabkan adanya penumpukan unconjugated bilirubin. Penumpukan bilirubin ini pada sebagian besar neonatus merupakan hal yang normal namun pada beberapa neonatus, serum bilirubin yang tinggi dapat melewati blood brain barrier dan bersifat neurotoksik. Masuknya bilirubin ke otak dapat menyebabkan sisa gejala neurologis seumur hidup bahkan juga menyebabkan kematian. Keadaan ini disebut kernikterus.
Hiperbilirubinemia pada neonatus (terutama pada kelahiran prematur) disebabkan oleh pemecahan eritrosit fetus yang meningkat (jumlah eritrosit pada neonatus lebih banyak, masa hidup eritrosit pada neonatus lebih pendek) disertai dengan fungsi hati yang belum sempurna.
Ikterus yang terjadi sebelum 24 jam pertama setelah dilahirkan perlu dievaluasi lebih lanjut karena ikterus ini bukanlah ikterus yang fisiologis. Begitu pula dengan ikterus yang terjadi setelah 3 – 4 hari setelah dilahirkan perlu dimonitor. Ikterus fisiologis terjadi pada hari ke-2 sampai hari ke-3 setelah dilahirkan. Sedangkan ikterus berat yang timbul pada minggu pertama – minggu kedua dapat disebabkan oleh galaktosemia atau karena hipotiroid kongenital.
Beberapa panyebab ikterus pada bayi :
  1. defisiensi enzim G6PD (glucose-6-phosphatase dehydrogenase)
  2. sindrom Gilbert
  3. kelahiran prematur
  4. inkompabilitas golongan darah ibu – bayi
  5. polisitemia
  6. penggunaan obat – obatan
  7. ras (prevalensi lebih tinggi pada Asia, Indian, Yunani)
  8. pemberian ASI, dll
Banyaknya variabel yang mempengaruhi hiperbilirubinemia pada neonatus menimbulkan kesulitan untuk membuat algoritma sederhana untuk mengintervensi hiperbilirubinemia ini. Saat ini, rekomendasi untuk memulai pengobatan pada hiperbilirubinemia ini berdasarkan klinis.
Pengobatan/terapi pada hiperbilirubinemia ditujukan untuk mencegah terjadinya kernikterus.
Terapi yang dilakukan untuk mengatasi hiperbilirubinemia:

1. Fototerapi
Fototerapi merupakan pengobatan utama pada neonatus dengan unconjugated hiperbilirubinemia. Dengan mempertimbangkan penyerapan bilirubin terhadap sinar dengan panjang gelombang tertentu dan penyerapan sinar oleh kulit, maka pada fototerapi digunakan sinar biru.
2. Intravena immunoglobulin (IVIG)
Dalam beberapa tahun ini, IVIG digunakan pada banyak kasus yang berhubungan dengan imunologis. Pada hiperbilirubinemia yang disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ibu – bayi, IVIG menurunkan kemungkinan dilakukannya transfusi tukar.
3. Tranfusi tukar
Transfusi tukar dilakukan bila terapi lain gagal untuk mengontrol serum bilirubin. Sebagai tambahan, transfusi tukar diindikasikan untuk eritroblastosis dengan anemia berat, hidrops, atau keduanya meskipun tidak terjadi peningkatan serum bilirubin.
Beberapa komplikasi dari transfusi tukar yang pernah dilaporkan sebagai berikut :
· trombositopenia,
· necrotizing enterocolitis,
· gangguan keseimbangan elektrolit,
· infeksi.
4. Pada hiperbilirubinemia akibat pemberian ASI, maka penghentian ASI selama 24 – 48 jam akan menurunkan serum bilirubin. Namun demikian masih ada perbedaan pendapat mengenai penghentian ASI sementara.
5. Fenobarbital
Menurut beberapa penelitian, fenobarbital dapat menurunkan serum bilirubin pada minggu pertama setelah dilahirkan. Fenobarbital digunakan untuk meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin. Fenobarbital dapat digunakan pada ibu hamil atau pada bayi setelah dilahirkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Back to Top Enjoy to My Blog, Guyss!^^