0

Dismenore


Apakah yang dimaksud dengan dismenore?
Dismenore merupakan nyeri hebat yang dirasakan pada saat haid sehingga penderitanya tidak dapat beraktivitas secara normal. Gejala-gejalanya antara lain dapat berupa:
  • Kram atau nyeri pada daerah perut atau punggung bagian bawah
  • Rasa nyeri seperti tertarik pada daerah paha bagian dalam
  • Diare
  • Nausea (mual)
  • Vomiting (muntah)
  • Sakit kepala
  • Pusing



Apakah penyebab dismenore?
Selama periode haid, uterus (rahim) mengalami kontraksi. Kadangkala pada saat uterus berkontraksi, penderita merasakan nyeri kram. Otot-otot pada uterus akan berkontraksi pada saat prostaglandin dihasilkan. Prostaglandin adalah zat kimia yang dihasilkan oleh dinding uterus. Sesaat sebelum terjadinya haid, kadar prostaglandin akan meningkat dan pada saat awal terjadinya haid, prostaglandin berada dalam kadar yang tinggi. Pada saat mulai terjadi haid maka kadar prostaglandin kemudian akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan nyeri haid cenderung dirasakan berkurang setelah beberapa hari pertama terjadi haid.
Apa sajakah tipe-tipe dari dismenore?
Dismenore terdiri atas 2 tipe yang berbeda yaitu primer dan sekunder. Dismenore primer adalah nyeri pada daerah pelvis (panggul) yang terjadi selama haid akibat prostaglandin yang dihasilkan secara alamiah. Seringkali terdapat pada usia remaja yang baru mulai mengalami siklus haid. Pada banyak kasus, umumnya nyeri haid akan berkurang dengan bertambahnya usia. Selain itu nyeri haid juga dapat berkurang pada wanita yang telah melahirkan anak. Namun pada beberapa wanita nyeri yang terjadi dapat berlangsung terus dan menetap selama periode haidnya.
Sementara dismenore sekunder adalah nyeri yang terjadi diluar siklus haid dan bukan akibat prostaglandin alamiah. Terjadinya biasanya pada usia yang lebih lanjut dibandingkan dengan dismenore primer dan nyeri pada tipe ini seringkali berlangsung lebih lama dibandingkan dengan kram normal pada umumnya. Sebagai contoh, nyeri pada dismenore sekunder dapat timbul jauh sebelum periode haid dimulai, nyeri dapat bertambah hebat selama periode haid dan tidak menghilang setelah periode haid berakhir.
Apa saja penyebab umum dismenore sekunder?
Dua penyebab paling umum dari dismenore sekunder adalah endometriosis dan fibroid. Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan dinding uterus terdapat di luar uterus, misalnya di ovarium atau tuba falopi. Jaringan tersebut akan memberikan respon terhadap adanya perubahan hormonal setiap bulannya sehingga dapat luruh dan juga menyebabkan terjadinya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri, terutama sesaat sebelum, selama, dan setelah periode haid. Sementara fibroid adalah suatu tumor jaringan otot atau pertumbuhan jaringan yang terjadi di luar, di dalam, atau pada dinding uterus. Tumor jenis ini bukanlah kanker, namun dapat menyebabkan nyeri dan terjadinya perdarahan haid yang banyak.
Bagaimanakah cara menentukan penyebab dari dismenore?
Penyebab dismenore ditentukan berdasarkan riwayat medis sebelumnya yang meliputi bagaimana siklus haid yang dialami selama ini beserta gejala-gejala yang dirasakan selama haid berlangsung. Kemudian dokter perlu melakukan pemeriksaan pelvis (rongga panggul). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari riwayat medis dan pemeriksaan pelvis maka dokter dapat menentukan dan memberikan saran apakah pasien perlu melakukan beberapa pemeriksaan tambahan seperti:
§ Pap test
§ Pemeriksaan laboratorium tertentu
§ Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pada beberapa kasus, dokter perlu melakukan suatu prosedur bedah yang disebut laparoskopi untuk melihat lebih lanjut bagian dalam pelvis. Pada prosedur laparoskopi ini, dokter akan membuat suatu sayatan kecil di daerah perut sekitar tali pusat. Kemudian suatu alat yang tipis dan ringan yang disebut laparoskop akan dimasukkan ke dalam perut melalui sayatan tadi. Melalui laparoskop tersebut dokter dapat melihat bagian dalam dari pelvis. Laparoskopi sering dilakukan dengan menggunakan anestesi umum di rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk melakukan pembedahan.
Bagaimanakah dismenore ditangani?
Penanganan dismenore meliputi pemberian obat-obatan dan prosedur teknis untuk meredakan nyeri yang terjadi. Apabila penyebab dismenore telah diketahui, maka penanganannya akan difokuskan untuk mengatasi atau mengurangi masalah yang menjadi penyebabnya. Beberapa jenis pengobatan alternatif mungkin dapat membantu dan pada beberapa kasus, gabungan dari semuanya akan memberikan hasil yang terbaik dalam menangani dismenore.
Apa saja jenis obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi dismenore?
Obat-obatan NSAID (Non-steroidal anti inflammatory drugs) dapat menghambat pembentukan prostaglandin dalam tubuh sehingga dapat mengurangi beratnya derajat kram yang terjadi. Obat ini juga dapat mencegah terjadinya beberapa gejala seperti mual dan diare. Contoh obat-obat NSAID adalah ibuprofen dan naproxen. NSAID akan memberikan hasil terbaik apabila dikonsumsi pada saat timbul gejala pertama kali pada saat haid. Penggunaannya dibatasi selama 1 atau 2 hari saja dan menghindari konsumsi alkohol selama menggunakan obat tersebut. Apabila terdapat kelainan perdarahan, kerusakan hati, gangguan atau ulkus (tukak) lambung maka penderita sebaiknya tidak menggunakan NSAID.
Kontrasepsi hormonal seperti pil kontrasepsi, patch, dan diafragma juga dapat mengurangi nyeri haid. Pada beberapa kasus, intrauterine device (IUD) hormonal dapat direkomendasikan. Apabila dibutuhkan maka kontrasepsi dapat digunakan bersama dengan obat-obatan lainnya yang dapat mengurangi kadar estrogen atau menghentikan siklus haid. Hal tersebut dapat mencegah terjadinya nyeri.
Jenis pembedahan apa yang digunakan untuk menangani dismenore?
Apabila dismenore disebabkan oleh fibroid, maka dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk melakukan operasi atau uterine artery embolization. Operasi dilakukan untuk mengambil jaringan fibroid atau bahkan mengangkat seluruh uterus. Laparoskopi dapat digunakan sebagai tindakan bedah untuk menangani endometriosis. Jaringan yang bertumbuh di luar uterus dapat diambil melalui laparoskopi atau dengan tindakan pembedahan terbuka (pembedahan abdomen/perut). Pengambilan jaringan yang bertumbuh tersebut dapat mengurangi nyeri yang terjadi walaupun jaringan dapat tumbuh kembali dikemudian hari setelah pembedahan. Pada kasus-kasus yang berat, mungkin diperlukan histerektomi (tindakan pembedahan untuk mengangkat seluruh uterus), Biasanya histerektomi merupakan keputusan terakhir yang terpaksa diambil apabila cara penanganan yang lainnya sudah dilakukan namun tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Apa sajakah cara penanganan dismenore lainnya?
  • Konsumsi suplemen vitamin B1 atau magnesium
  • Pemijatan
  • Akupuntur atau akupresur
Apa saja cara untuk meredakan nyeri dismenore yang dapat dilakukan sendiri?
  • Berolahraga, olahraga beberapa kali seminggu dapat membuat penderita merasa lebih baik. Olahraga yang dapat dilakukan antara lain jalan, jogging, bersepeda, atau berenang, yang membantu dihasilkannya zat-zat kimia yang dapat menghambat nyeri.
  • Pemanasan, mandi dengan air hangat atau memanaskan daerah perut dengan botol atau kantung berisi air hangat dapat mengurangi rasa nyeri.
  • Tidur, tidur yang cukup sebelum dan selama periode haid dapat membantu penderita untuk lebih mampu menanggulangi rasa tidak nyaman.
  • Hubungan seksual, orgasme dapat meredakan kram yang terjadi pada beberapa wanita
  • Relaksasi, dapat berupa meditasi atau latihan yoga karena teknik-teknik yang digunakan dalam relaksasi dapat membantu penderita lebih mampu mengatasi rasa nyeri.
Glosarium
Anestesi umum: Penggunaan obat-obatan yang menghasilkan keadaan seperti tertidur pada pasien untuk mencegah rasa nyeri yang terjadi selama pembedahan.
Hormon: Substansi yang dihasilkan tubuh untuk mengendalikan berbagai fungsi organ.
Intrauterine Device (IUD): Suatu alat kecil yang dimasukkan dan ditinggalkan di dalam uterus untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Ovarium: Sepasang kelenjar yang terletak masing-masing di sisi uterus, mengandung sel-sel telur yang akan dilepaskan pada ovulasi, dan menghasilkan hormon tertentu.
Pap test: Suatu pemeriksaan dengan cara mengambil sel-sel serviks (leher rahim) untuk diperiksa di bawah mikroskop
Pemeriksaan pelvis: Suatu pemeriksaan manual untuk mengetahui keadaan organ reproduksi pada wanita
Prostaglandin: Zat kimia yang dihasilkan tubuh dan memiliki banyak efek seperti menyebabkan kontraksi pada otot uterus yang biasanya menyebabkan terjadinya kram.
Ultrasonografi: Suatu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang bunyi untuk memeriksa organ-organ bagian dalam. Pada kehamilan, berguna untuk memeriksa fetus (janin).
Uterine Artery Embolization: Suatu prosedur yang berguna pada penanganan fibroid dengan cara menghambat pembuluh darah ke uterus sehingga membantu menghentikan aliran darah ke fibroid sehingga tidak dapat tumbuh.
Uterus: Suatu organ berotot yang terletak pada daerah pelvis wanita, yang merupakan tempat berkembangnya fetus dan sumber nutrisi bagi fetus selama kehamilan.
Sumber: American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) Mei 2011
0

Hipokalsemia

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Sebanyak 99% kalsium berada di tulang kerangka dan sisanya dalam cairan ekstraselular. Regulasi kalsium di-maintenance oleh PTH (parathyroid hormone), vitamin D, dan kalsitonin.
Peranan kalsium dalam tubuh antara lain:



1. membantu pembentukan tulang dan gigi.
2. membantu pembentukan sel darah bersama
vitamin K.
3. mempengaruhi kontraksi otot.
4. membantu regulasi enzim.




Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan, wanita hamil, masa laktasi / menyusui, dan pada wanita paska menopause. Jumlah asupan kalsium rata-rata per hari untuk orang dewasa adalah 1000 mg/hari. Jika seseorang kekurangan kalsium akan dikatakan menderita HIPOKALSEMIA. Untuk mengetahui tentang hipokalsemia lebih lanjut, mari kita simak penjelasan berikut:


APA YANG DISEBUT DENGAN HIPOKALSEMIA ?
Dalam darah, sekitar 40% dari kalsium intraselular terikat pada protein (albumin). Namun, kalsium yang diregulasi oleh tubuh adalah kalsium yang tidak terikat atau kalsium yang telah terionisasi dan berada dalam bentuk ion bebas. Hipokalsemia merupakan salah satu jenis gangguan elektrolit. Dalam dunia medis, hipokalsemia dapat dikatakan sebagai rendahnya konsentrasi kalsium (Ca2+) dalam darah, umumnya dengan konsentrasi kurang dari 4,5 mEq/L atau 9 mg/dL atau konsentrasi ion kalsium kurang dari 1,1 mmol/L. Konsentrasi kalsium (Ca2+)dalam darah normalnya adalah 9 – 11 mg/dL (4,5 – 5,5 mEq/L). 

BAGAIMANA GEJALA-GEJALA HIPOKALSEMIA ?
Hipokalsemia dapat menunjukkan gejala-gejala, baik yang terlihat secara fisik atau yang terlihat melalui pemeriksaan laboratorium. Gejala-gejala hipokalsemia antara lain:
1.Neuromuskuler
  • Sensasi seperti tertusuk jarum pada tangan dan kaki.
  • Kram otot.
  • Kelelahan.
  • Kejang.
  • Adanya tanda Chvostek’s (kontraksi otot wajah dengan mengetuk/tapping saraf wajah pada daerah tertentu di wajah).
  • Adanya tanda Trousseau’s (adanya spasme carpopedal yang terjadi akibat penahanan dengan menggunakan sfigmomanometer selama beberapa menit di atas tekanan darah sistolik).
  • Sensitif, depresi.
2. Respiratori
Nafas pendek.
Wheezing.
3. Kardiovaskular
Terjadinya gangguan irama jantung (disritmia).
Hipotensi.
Denyut nadi melemah (bradikardia).
Melemahnya kontraksi otot jantung, yang ditandai dengan memanjangnya fase isoelektrik berupa perpanjangan interval QT dan ST pada pemeriksaan elektrokardiogram (EKG).
4. Gastrointestinal
Kontraksi usus meningkat.
Diare.

APA SAJA PENYEBAB TERJADINYA HIPOKALSEMIA ?
Hipokalsemia muncul berkaitan dengan defisiensi dan inefisiensi hormon paratiroid dan vitamin D. Penurunan kadar kalsium akan menyebabkan hormon paratiroid bekerja pada tulang untuk melepaskan sebagian kalsiumnya agar kadar dalam darah dapat dipertahankan. Sebaliknya, kadar kalsium yang melampaui batas fisiologis akan diturunkan dengan mengembalikan aksesnya ke tulang. Kondisi hipokalsemia ini umumnya terjadi bersamaan dengan kurangnya kadar magnesium dalam darah. Secara spesifik, penyebab terjadinya hipokalsemia adalah:
1. Gangguan makan yang menyebabkan kurangnya asupan kalsium.
2. Gangguan yang berhubungan dengan hormon paratiroid.
3. Asupan vitamin D yang kurang atau absorpsi vitamin D yang tidak adekuat.
4. Hepatitis (menyebabkan gangguan pada enzim yang digunakan untuk mengaktifkan vitamin D)
5. Adanya komplikasi dari pankreatitis.
6. Obat – obat tertentu yang dapat mengganggu absorpsi kalsium dari makanan seperti PPI (proton pump inhibitor).

APA SAJA AKIBAT HIPOKALSEMIA ?








  • Pada bayi dan ana : berisiko tinggi dan mudah terserang patah tulang.
  • Pada ibu hamil  : bayi dalam kandungannya juga akan mengalami hipokalsemia dan si ibu akan berisiko tinggi mengalami keguguran atau preeklampsia.
  • Pada usia lanjut : mudah terkena osteomalasia dan osteoporosis, terutama pada wanita yang sudah menopause.
BAGAIMANA PENANGANAN HIPOKALSEMIA ?
Hipokalsemia berat dapat ditangani dengan memberikan kalsium glukonat 10% intravena secara perlahan-lahan dalam periode 5 - 10 menit. Jika diperlukan koreksi kalsium yang cepat, maka diberikan kalsium dalam bentuk kalsium klorida. Untuk mencegah terjadinya penurunan kadar kalsium lanjutan, maka perlu diberikan kalsium dan vitamin D. Kalsium dan vitamin D tersebut diberikan dalam dosis pemeliharaan.
Untuk pasien dengan fungsi ginjal baik, direkomendasikan terapi penggantian Ca2+ sebanyak 1 – 2 g per hari, dalam bentuk gabungan dengan fosfat, sitrat, glukonat, karbonat, atau laktat. Pemberian vitamin D secara bersamaan juga diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium. Karena pasien hipokalsemia biasanya disertai dengan kurangnya kadar magnesium dalam darah pula, tatalaksana defisiensi magnesium pada pasien sebaiknya juga perlu diberikan.

GLOSSARY :
Hipotensi : tekanan darah rendah, di bawah 120 / 80 mmHg.
Isoelektrik : menunjukkan tidak adanya berbagai potensial listrik.
Osteomalasia : suatu keadaan yang ditandai dengan perlunakan tulang-tulang (karena mineralisasi yang terganggu) dengan nyeri, kelemahan otot, gangguan makan, kehilangan berat badan, akibat defisiensi vitamin D dan kalsium.
Pankreatitis : inflamasi pada pankreas yang menimbulkan nyeri.

Sumber : emedicine, 2010
Hospital Physician, 2000
dn/obg/sb/3/Q2-11
0

Senam Hamil

Apa itu senam hamil ?
Senam hamil adalah adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman, dan spontan.

Kapan dianjurkan untuk melakukan senam hamil ?
Ibu hamil mulai dapat melakukan senam hamil bahkan sejak bulan-bulan pertama kehamilan. Tetapi akan lebih optimal bila dilakukan saat usia kandungan mencapai 6 bulan ke atas.

Amankah melakukan senam hamil ?
Senam hamil terbukti aman baik bagi ibu maupun janin selama dilakukan dengan tepat dan tidak ada kondisi lain yang melarang. Sebelum memutuskan mengikuti senam hamil, diskusikanlah dahulu kondisi kehamilan dengan dokter kandungan atau bidan.

Kondisi hamil seperti apa yang tidak diperbolehkan melakukan senam hamil ?
1. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
2. Riwayat melahirkan bayi prematur
3. Riwayat perdarahan per vaginam selama kehamilan
4. Riwayat kontraksi rahim prematur selama kehamilan
5. Kehamilan dengan komplikasi misalnya hipertensi, anemia berat,penyakit jantung, diabetes tak terkontrol, dan lain-lain.

Apakah mamfaat melakukan senam hamil ?
Senam hamil membantu ibu hamil dalam mencapai kondisi nyaman dan sehat selama kehamilan. Lebih jauh lagi mamfaat senam hamil adalah :
1. Memperlancar persalinan normal dan mental
2. Meningkatkan mood dan pola tidur ibu
3. Mengurangi kecemasan dan ketegangan selama kehamilan
4. Mempercepat penurunan berat badan ibu setelah melahirkan
5. Memperingan gejala-gejala yang timbul selama kehamilan seperti konstipasi, bengkak pada kaki, varises vena, nyeri punggung, dan cepat lelah.

Berikut adalah tips dan trik dalam melakukan senam hamil :
* Latihan yang teratur, setidaknya tiga kali dalam seminggu
* Selama trimester kedua dan ketiga, hindari gerakan berbaring terlentang karena akan mengurangi aliran darah ke janin.
* Hindari latihan yang menguras tenaga hingga ibu terengah-engah. Ini adalah tanda bahwa janin dan ibu hamil kekurangan oksigen.
* Jagalah keseimbangan tubuh selama latihan.
Hindari gerakan atau latihan yang menimbulkan trauma atau desakan pada perut ibu hamil.
* Minumlah banyak cairan sebelum dan selama latihan untuk mengurang risiko dehidrasi atau overheating.
* Lakukan relaksasi dan peregangan sebelum dan sesudah latihan.
* Makanlah makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, dan karbohidrat kompleks. Apalagi bila ibu melakukan senam hamil mungkin kebutuhan energinya akan meningkat.

Bagaimana gerakan dasar senam hamil?
Berikut ini adalah gambar gerakan dasar senam hamil yang dapat dilakukan sendiri di rumah:

1. Duduk bersila dan tegak, kedua lengan mengarah ke depan dan relaks. Dilakukan sebanyak mungkin sebagai posisi sehari-hari.

2. Sikap merangkak, jarak antara kedua tangan sama sengan jarak antara kedua bahu, keempat anggota tubuh tegak lurus pada lantai dan badan sejajar dengan lantai. Lakukanlah langkah-langkah sebagai berikut:
Tundukkan kepala, lihat perut bagian bawah dan pinggang diangkat sambil mengempiskan perut dan mengerutkan lubang dubur. Kemudian turunkan pinggang dengan mengangkat kepala sambil melemaskan otot-otot dinding perut dan otot dasar panggul. Lakukan gerakan ini sebanyak 8 kali.

3. Sikap merangkak, letakkan kepala di antara kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri/kanan, kemudian turunkan badan sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh mungkin ke samping. Bertahanlah pada posisi tersebut selama 1 menit, kemudian ditingkatkan menjadi 5-10 menit (sesuai kekuatan ibu hamil).

4. Berbaring miring ke kiri, lebih baik ke arah punggung bayi, lutut kanan diletakkan di depan lutut kiri, (lebih baik diganjal bantal). Lutut kanan ditekuk di depan dan lengan kiri diletakkan di belakang badan.

5. Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah kepala diberi bantal dan di bawah perut pun sebaiknya diberi bantal, agar perut tidak menggantung. Tutupkan mata, tenang, dan atur pernapasan dengan teratur dan berirama.

6.Berbaring terlentang, kedua lutut dipegang oleh kedua tangan dan relaks. Lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Buka mulut secukupnya tarik napas dalam semaksimal mungkin, kemudian mulut ditutup lalu mengejan seperti buang air besar. Gerakannya ke bawah badan dan ke depan. Setelah tidak dapat menahan karena lelah, kembali ke posisi awal, ulangi latihan ini sebanyak 3-4 kali, dengan interval 2 menit.
Sekarang telah banyak rumah sakit yang memiliki pelayanan senam hamil sehingga ibu hamil dapat memilih sendiri lokasi yang dianggap paling sesuai untuk mengikuti senam hamil sehingga ia dapat berkumpul dan berdiskusi dengan ibu hamil lainnya ataupun bidan pembimbing pada periode tertentu yang telah ditentukan, misalnya setiap bulan sekali atau setiap minggu sekali.
Ibu yang sehat tentu mencerminkan janin yang sehat pula. Karena itu senam hamil merupakan salah satu jalan agar ibu hamil dan janinnya semakin sehat. Selamat mencoba!

Sumber:
ACOG Committee Opinion No. 267 (2002). Exercise During Pregnancy and the Postpartum period. Obstetrics and Gynecology 99(1): 171-173.
0

Solusio plasenta

Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin) dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan.

Penyebab
Penyebab pasti dari solusio plasenta dapat sulit untuk ditentukan. Penyebab langsungnya jarang, antara lain meliputi:
  • Adanya luka pada daerah perut akibat jatuh, pukulan pada daerah perut, atau kecelakaan mobil.
  • Hilangnya volume uterus secara mendadak (dapat terjadi bersama dengan hilangnya cairan amnion/ketuban secara cepat atau setelah bayi kembar pertama dilahirkan).
Faktor risiko, meliputi:
  • Kelainan pembekuan darah (trombofilia)
  • Merokok
  • Penggunaan obat-obat narkotika seperti kokain
  • Diabetes
  • Konsumsi alkohol lebih dari 14 kali per minggu selama kehamilan
  • Tekanan darah tinggi selama kehamilan (sekitar separuh dari kejadian solusio plasenta yang mengakibatkan kematian bayi berhubungan dengan tekanan darah tinggi)
  • Riwayat solusio plasenta sebelumnya
  • Peningkatan distensi uterus (dapat terjadi pada kehamilan kembar atau volume cairan amnion yang sangat banyak)
  • Frekuensi persalinan yang sering sebelumnya
  • Ibu hamil berusia tua
  • Pecahnya ketuban sebelum waktunya (selaput ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu)
  • Fibroid Uteri
Solusio plasenta, yang berupa berapapun bagian plasenta yang terlepas sebelum persalinan, terjadi pada sekitar 1 dari 150 persalinan. Sementara untuk bentuk solusio plasenta yang berat dimana dapat menyebabkan kematian bayi, terjadi hanya pada sekitar 1 dari 800-1600 persalinan.


Gejala
  • Nyeri perut
  • Nyeri punggung
  • Kontraksi uterus yang sering
  • Kontraksi uterus terus menerus tanpa periode relaksasi
  • Perdarahan vagina
Pemeriksaan, meliputi:
  • Ultrasonografi (USG) abdomen
  • Hitung jenis darah lengkap
  • Monitoring janin
  • Kadar fibrinogen
  • Partial thromboplastin time
  • Pemeriksaan pelvis (rongga panggul)
  • Prothrombin time
  • USG vagina
Penanganan
Penanganan dapat melibatkan pemberian cairan intravena dan transfusi darah. Ibu hamil perlu dimonitor secara ketat untuk mengetahui adanya gejala-gejala syok. Bayi yang belum lahir perlu diawasi adanya tanda-tanda stres yang dapat berupa adanya denyut jantung abnormal.
Tindakan pembedahan sesar mungkin diperlukan untuk melahirkan bayi yang sangat prematur dan apabila hanya sedikit bagian plasenta yang terlepas, ibu hamil harus tetap dirawat di rumah sakit untuk observasi ketat dan dapat dipulangkan setelah beberapa hari apabila kondisinya tidak bertambah buruk.
Apabila janin dalam kandungan sudah cukup usia kehamilan maka dapat dilakukan persalinan per vagina yaitu apabila keadaan ibu dan bayi baik. Sedangkan bila keadaan ibu dan bayi tidak memungkinkan maka persalinan dapat dilakukan melalui pembedahan sesar.

Prognosis
Solusio plasenta tidak selalu menyebabkan kematian bagi ibu hamil yang mengalaminya. Namun bagaimanapun semua keadaan berikut ini dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi, antara lain:
  • Serviks (leher rahim) yang menutup
  • Diagnosis dan penanganan solusio plasenta yang terlambat
  • Perdarahan yang berlebihan, yang mengakibatkan syok
  • Perdarahan uterus yang tersembunyi selama kehamilan
  • Tidak adanya tanda-tanda persalinan
Pada sekitar separuh kasus solusio plasenta, stres pada janin terjadi di awal kejadian. Bayi yang masih hidup memiliki kemungkinan sebanyak 40-50% untuk mengalami komplikasi yang bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat.

Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dapat berupa perdarahan yang banyak dan berlebihan sehingga mengakibatkan terjadinya syok sampai dengan kematian ibu atau bayi.
Apabila perdarahan terjadi setelah proses persalinan dan kehilangan darah tidak dapat diatasi dengan cara lain, mungkin diperlukan tindakan histerektomi (pengangkatan uterus) pada ibu hamil.

Kapan saatnya untuk menghubungi tenaga kesehatan?
Hubungi tenaga kesehatan apabila ibu hamil mengalami kecelakaan bahkan untuk kecelakaan ringan sekalipun.
Hubungi dokter segera apabila terjadi perdarahan selama kehamilan dan ibu hamil perlu segera dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit apabila terjadi perdarahan vagina dan nyeri perut yang berat atau terjadi kontraksi beberapa kali selama kehamilan karena solusio plasenta dapat berkembang dengan cepat menjadi kondisi darurat yang mengancam jiwa ibu maupun bayinya.

Pencegahan
  • Hindari minuman beralkohol, merokok, atau penggunaan obat-obatan narkotika dan psikotropika selama kehamilan.
  • Pemeriksaan kehamilan ke dokter atau bidan sejak awal diketahui adanya kehamilan dan secara teratur selama masa kehamilan.
  • Mengenali dan mengatasi adanya masalah kesehatan pada ibu hamil seperti diabetes dan tekanan darah tinggi dapat menurunkan risiko terjadinya solusio plasenta.
Sumber:
Francois KE, Foley MR. Antepartum and postpartum hemorrhage. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, eds. Obstetrics - Normal and Problem Pregnancies. 5th ed. Philadelphia, Pa: Elsevier Churchill Livingstone; 2007:chap 18.
Houry DE, Salhi BA. Acute complications of pregnancy. In: Marx J, Hockberger RS, Walls RM, et al, eds. Rosen’s Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice. 7th ed. Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2009:chap 176.
Cunningham FG, Leveno KL, Bloom SL, et al. Obstetrical hemorrhage. In: Cunningham FG, Leveno KL, Bloom SL, et al., eds. Williams Obstetrics. 23rd ed. New York, NY: McGraw-Hill: 2010:chap 35.
Back to Top Enjoy to My Blog, Guyss!^^