hai kawan, sudah lama nih gak posting karena sibuk kuliah. berikut saya posting mengenai obat anti-hipertensi, semoga bermanfaat yaa ^_^
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
a. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah tekanan darah di atas 140/90mmHg
(WHO).
b. Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik
> 90 mmHg (Kee & Hayes)
c. Tekanan Darah (TD) didistribusikan
terus menerus, tidak ada definisi absolut untuk hipertensi (Davey)
Obat antihipertensi adalah obat yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah
normal.
B.
Patofisiologi
Perjalanan
penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita mungkin tidak menunjukkan gejala
selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perjalanan penyakit sampai
terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala, sifatnya
nonspesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Kalau hipertensi tetap tidak
diketahui dan tidak dirawat, maka akan mengakibatkan kematian karena payah
jantung, infark miokard, stroke atau payah ginjal. Mekanisme bagaimana
hipertensi dapat mengakibatkan kelumpuhan atau kematian berkaitan langsung
dengan pengaruh pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah
sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri;
akibatnya beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertropi
ventrikel untuk meningkatkan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk
mempertahankan curah jantung dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui,
dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin terancam oleh semakin parahnya
aterosklerosis koroner. bila proses aterosklerosis berlanjut maka suplai
oksigen miokar berkurang. Kebutuhan miokardium akan meningkat akibat hipertropi
ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung, akhirnya menyebabkan angina atau
infark miokardium. Sekitar separuh kematian karena hipertensi adalah akibat
infark miokard atau payah jantung.
C. Klasifikasi
Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya
1. Hipertensi Esensial/ Primer
Usia,
stress psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90%.
2. Hipertensi Sekunder
Kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit
adrenal. Sekitar 10%.
D. Pengobatan
Farmakologis
1. Diuretik
Bekerja
melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan menyebabkan
ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air.
2.
Antagonis Reseptor- Beta
Bekerja
pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
3. Antagonis
Reseptor-Alfa
Menghambat
reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon terhadap
rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.
4. Kalsium Antagonis
Menurunkan
kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan mengintervensi influks
kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat kalsium memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan
resistensi perifer.
5. ACE inhibitor
Berfungsi
untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk
mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah
baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer. Dan angiotensin II
diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan meningkatkan pengeluaran
netrium melalui urine sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.
6. Vasodilatator
E.
Klasifikasi Obat Anti Hipertensi berdasarkan
Tempat Regulasi Utama atau Titik Tangkap Kerjanya
1.
DIURETIK
a.
Furosemide
ü Nama
paten : Cetasix,
farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.
ü Sediaan
obat : Tablet, capsul, injeksi.
ü Mekanisme
kerja : mengurangi
reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium pada ascending
limb of henle.
ü Indikasi
: Edema paru akut, edema yang
disebabkan penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom,
hipertensi.
ü Kontraindikasi
: wanita hamil dan menyusui
ü Efek
samping : pusing.
Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare.
ü Interaksi
obat : indometasin
menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila diberikan bersama
aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas
silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.
ü Dosis
: Dewasa 40 mg/hr; Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr
b.
HCT
(Hydrochlorothiaside)
ü Sediaan
obat : Tablet
ü Mekanisme
kerja : mendeplesi
(mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah, curah jantung dan
tahanan vaskuler perifer menurun.
ü Farmakokinetik
: diabsorbsi dengan baik oleh saluran
cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan
ginjal.
ü Indikasi
: digunakan untuk mengurangi udema
akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi.
ü Kontraindikasi
: hypokalemia, hypomagnesemia,
hyponatremia, hipertensi pada kehamilan.
ü Dosis
: Dewasa 25 – 50 mg/hr; Anak 0,5 – 1,0
mg/kgBB/12 – 24 jam
2.
ANTAGONIS
RESEPTOR BETA
a. Asebutol (Beta bloker)
ü Nama
Paten : sacral,
corbutol,sectrazide.
ü Sediaan
obat : tablet,
kapsul.
ü Mekanisme
kerja :
menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin, menurunka outflow
simpatetik perifer.
ü Indikasi
: hipertensi, angina pectoris,
aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.
ü Kontraindikasi
: gagal jantung, syok kardiogenik,
asma, diabetes mellitus, bradikardia, depresi.
ü Efek
samping : mual,
kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
ü Interaksi
obat :
memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic tiazid
meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot.
Depresi nodus AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat
kalsium
ü Dosis
: 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
b. Atenolol (Beta bloker)
ü Nama
paten : Betablok,
Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.
ü Sediaan
obat : Tablet
ü Mekanisme
kerja :
pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor
adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di
ginjal.
ü Indikasi
: hipertensi ringan – sedang, aritmia
ü Kontraindikasi
: gangguan konduksi AV, gagal jantung
tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
ü Efek
samping : nyeri
otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan, impotensi.
ü Interaksi
obat : efek
hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid
meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi
bersama alkaloid ergot.
ü Dosis
: 2 x 40 – 80 mg/hr
c. Metoprolol (Beta bloker)
ü Nama
paten :
Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
ü Sediaan
obat : Tablet
ü Mekanisme
kerja :
pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada reseptor
adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta
1 di ginjal.
ü Farmakokinetik
: diabsorbsi dengan baik oleh
saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.
ü Farmakodinamik
: penghambat adrenergic beta
menghambat perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk
ke ASI.
ü Indikasi
: hipertensi, miokard infard, angina pectoris
ü Kontraindikasi
: bradikardia sinus, blok jantung
tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
ü Efek
samping : lesu,
kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
ü Interaksi
obat : reserpine
meningkatkan efek antihipertensinya
ü Dosis
: 50 – 100 mg/kg
d. Propranolol (Beta bloker)
ü Nama
paten : Blokard,
Inderal, Prestoral
ü Sediaan
obat : Tablet
ü Mekanisme
kerja : tidak
begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung, menghambat pelepasan
renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.
ü Farmakokinetik
: diabsorbsi dengan baik oleh
saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.
Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat – obat lain
yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.
ü Farmakodinamik
: penghambat adrenergic beta
menghambat perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk
ke ASI.
ü Indikasi
: hipertensi, angina pectoris,
aritmia jantung, migren, stenosis subaortik hepertrofi, miokard infark,
feokromositoma
ü Kontraindikasi
: syok kardiogenik, asma bronkial,
brikadikardia dan blok jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif.
Hati – hati pemberian pada penderita biabetes mellitus, wanita haminl dan
menyusui.
ü Efek
samping :
bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis, depresi.
ü Interaksi
obat : hati –
hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah berat hipotensi
dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard.
Henti jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin,
fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan
metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya.
ü Dosis
: dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan
dosis pemeliharaan.
3.
ANTAGONIS
RESEPTOR ALFA
a. Klonidin (alfa antagonis)
ü Nama
paten : Catapres,
dixarit
ü Sediaan
obat : Tablet,
injeksi.
ü Mekanisme
kerja : menghambat
perangsangan saraf adrenergic di SSP.
ü Indikasi
: hipertensi, migren
ü Kontraindikasi
: wanita hamil, penderita yang tidak
patuh.
ü Efek
samping : mulut
kering, pusing mual, muntah, konstipasi.
ü Interaksi
obat : meningkatkan
efek antihistamin, andidepresan, antipsikotik, alcohol. Betabloker meningkatkan
efek antihipertensinya.
ü Dosis
: 150 – 300 mg/hr.
4.
ANTAGONIS
KALSIUM
a. Diltiazem (kalsium antagonis)
ü Nama
paten : Farmabes,
Herbeser, Diltikor.
ü Sediaan
obat : Tablet,
kapsul
ü Mekanisme
kerja :
menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow cannel calcium.
ü Indikasi
: hipertensi, angina pectoris, MCI,
penyakit vaskuler perifer.
ü Kontraindikasi
: wanita hamil dan menyusui, gagal
jantung.
ü Efek
samping :
bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
ü Interaksi
obat :
menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek terhadap
konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin.
Simotidin meningkatkan efeknya.
ü Dosis
: 3 x 30 mg/hr sebelum makan
b. Nifedipin (antagonis kalsium)
ü Nama
paten : Adalat,
Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat.
ü Sediaan
obat : Tablet,
kaplet
ü Mekanisme
kerja : menurunkan
resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri coroner.
ü Indikasi
: hipertensi, angina yang disebabkan
vasospasme coroner, gagal jantung refrakter.
ü Kontraindikasi
: gagal jantung berat, stenosis berat,
wanita hamil dan menyusui.
ü Efek
samping : sakit
kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
ü Interaksi
obat : pemberian
bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau eksaserbasi angina.
Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan
bersama antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.
ü Dosis
: 3 x 10 mg/hr
c. Verapamil (Antagonis kalsium)
ü Nama
paten : Isoptil
ü Sediaan
obat : Tablet,
injeksi
ü Mekanisme
kerja : menghambat
masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung dan vaskuler sistemik sehingga menyebabkan
relaksasi arteri coroner, dan menurunkan resistensi perifer sehingga menurunkan
penggunaan oksigen.
ü Indikasi
: hipertensi, angina pectoris, aritmia
jantung, migren.
ü Kontraindikasi
: gangguan ventrikel berat, syok
kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat II dan III, hipersensivitas.
ü Efek
samping : konstipasi,
mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea, bradikardia, kulit
kemerahan.
ü Interaksi
obat : pemberian
bersama beta bloker bias menimbulkan efek negative pada denyut, kondiksi dan
kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam darah. Pemberian
bersama antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan
kadar karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya.
Perbaikan kontraklitas jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan
tekanan darah yang berate bila diberi bersama kuinidin. Fenobarbital
nemingkatkan kebersihan obat ini.
ü Dosis
: 3 x 80 mg/hr
5.
ACE
INHIBITOR (penghambat enzim konversi angiotensin)
a. Kaptopril
ü Nama
paten : Capoten
ü Sediaan
obat : Tablet
ü Mekanisme
kerja : menghambat
enzim konversi angiotensin sehingga menurunkan angiotensin II yang berakibat
menurunnya pelepasan renin dan aldosterone.
ü Indikasi
: hipertensi, gagal jantung.
ü Kontraindikasi
: hipersensivitas, hati – hati pada
penderita dengan riwayat angioedema dan wanita menyusui.
ü Efek
samping : batuk,
kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia, pandangan kabur, myalgia.
ü Interaksi
obat : hipotensi
bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak boleh diberikan bersama
dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin
dan AINS lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
ü Dosis
: 2 – 3 x 25 mg/hr.
b. Lisinopril
ü Nama
paten : Zestril
ü Sediaan
obat : Tablet
ü Mekanisme
kerja : menghambat
enzim konversi angiotensin sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
II terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi
aldosterone.
ü Indikasi
: hipertensi
ü Kontraindikasi
: penderita dengan riwayat angioedema,
wanita hamil, hipersensivitas.
ü Efek
samping : batuk,
pusing, rasa lelah, nyeri sendi, bingung, insomnia, pusing.
ü Interaksi
obat : efek
hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretic. Indomitasin meningkatkan
efektivitasnya. Intoksikasi litium meningkat bila diberikan bersama.
ü Dosis
: awal 10 mg/hr
c. Ramipril
ü Nama
paten : Triatec
ü Sediaan
obat : Tablet
ü Mekanisme
kerja : menghambat
enzim konversi angiotensin sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
II terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi
aldosterone.
ü Indikasi
: hipertensi
ü Kontraindikasi
: penderita dengan riwayat angioedema,
hipersensivitas. Hati – hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
ü Efek
samping : batuk,
pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut, bingung, susah tidur.
ü Interaksi
obat : hipotensi
bertambah bila diberikan bersama diuretika. Indometasin menurunkan
efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.
ü Dosis
: awal 2,5 mg/hr
6.
VASODILATOR
a. Hidralazin
ü Nama
paten : Aproseline
ü Sediaan
obat : Tablet
ü Mekanisme
kerja : merelaksasi
otot polos arteriol sehingga resistensi perifer menurun, meningkatkan denyut
jantung.
ü Indikasi
: hipertensi, gagal jantung.
ü Kontraindikasi
: gagal ginjal, penyakit reumatik
jantung.
ü Efek
samping : sakit kepala,
takikardia, gangguan saluran cerna, muka merah, kulit kemerahan.
ü Interaksi
obat : hipotensi
berat terjadi bila diberikan bersama diazodsid.
ü Dosis
: 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.
0 komentar:
Posting Komentar