BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keadaan
bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin di dalam uterus, kualitas
pengawasan antenatal, penyakit-penyakit ibu, dan penanganan persalinan.
Penanggulangan
bayi tergantung pada keadaannya, apakah ia normal atau tidak. Di antara
bayi yang tidak normal ada yang membutuhkan pertolongan segera (high
risk baby = bayi gawat), seperti asfiksia, perdarahan, dan lain-lain;
ada pula yang tidak memerlukan pertolongan segera, seperi labioskisis,
sindaktilia, dan lain-lain.
Pada
umumnya kelahiran bayi normal cukup dihadiri oleh bidan yang dapat
diberi tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada
persalinan normal. Oleh karena kelainan pada ibu dan pada bayi dapat
terjadi beberapa saat sesudah selesainya persalinan yang dianggap
normal, maka seorang bidan harus mengetahui dengan segera timbulnya
perubahan-perubahan pada ibu dan bayi dan bila perlu, memberikan
pertolongan pertama, seperti menghentikan perdarahan, membersihkan jalan
nafas, memberikan oksigen, dan melakukan pernafasan buatan sampai ibu
atau bayi tersebut dilihat oleh seorang dokter atau dibawa ke rumah
sakityang mempunyai perlengkapan serta peralatan yang baik, sehingga
pengawasan dan pengobatan dapat dilakukan sebaik-baiknya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun hal – hal yang akan dibahas pada makalah “Bayi Baru Lahir Normal” ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian dari Bayi Baru Lahir normal
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir normal
3. Refleks-refleks fisiologis
4. Perawatan segera setelah bayi lahir
5. Keadaan klinik bayi normal segera sesudah bayi lahir
6. Perawatan rutin di bangsal bayi
7. Pemantauan bayi baru lahir
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian dari Bayi Baru lahir Normal
2. Mengetahui ciri-ciri dari bayi baru lahir normal
3. Mengetahui refleks-refleks yang harus ada pada bayi baru lahir normal
4. Mengetahui bagaimana cara perawatan segera setelah bayi lahir dan perawatan rutin di bangsal bayi
5. Mengetahui bagaimana keadaan klinik bayi normal sesudah bayi lahir
6. Mengetahui apa saja yang harus dipantau pada bayi baru lahir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut
saifudin, (2002) bayi bru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu
jam pertama kelahiran. Menurut donna l.Wong, 92003) bayi baru lahir
adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirnya
biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu. Menurut Dep. Kes. RI,
(2005) bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram. Menurut M. Soleh Kosim, (2007) bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.
Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 – 160x/ menit
6. Pernafasan ± 40 – 60x/ menit
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genetalia:
pada bayi perempuan labia mayora telah menutupi labia minora. Sedangkan
pada bayi laki-laki testis sudah turun dan skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek grap atau menggenggam sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecokelatan
Reflek-reflek fisiologis
1. Mata
· Berkedip atau reflek corneal
Bayi
berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba-tiba atau pada pandel
atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak
ada maka menunjukkna adanya kerusakan pada saraf cranial.
· Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus ada sepanjang hidup.
· Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
2. Mulut dan Tenggorokan
a. Menghisap
Bayi
harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai
respon terhadap rangsangan. Refleks harus tetap ada selama masa bayi
bahkan tanpa rangsangan sekalipun seperti pada saat tidur.
b. Muntah
Sekalipun
terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang
harus menyebabkan bayi mengalami refleks muntah, refleks ini harus
menetap seumur hidup.
c. Rooting
Menyentuh
dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan
kepala kearah sisi bayi tersebut dan mulai menghisap. Tindakan ini
harus hilang pada usia kira-kira 3-4 bulan.
d. Menguap
Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan jumlah udara inspirasi. Tindakan ini harus menetap seumur hidup.
e. Ekstruksi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespo dengan mendorongnya keluar. Tindakan ini harus menghilang pada usia 4 bulan.
f. Batuk
Iritasi
membrane mukosa laring menyebabkan batuk. Refleks ini harus ada
sepanjang hidup. Biasanya ada setelah hari pertama lahir.
3. Ekstremitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari.
b. Babinski
Tekanan
di telapak kaki bagian luar ke atas dari tumit dan menyilang bantalan
kaki menyebabkan jari kaki hiperekstensi dan haluks dorso fleksi.
c. Masa Tubuh
· Refleks Moro
Kejutan
atau perubahan tiba-tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi
dan abduksi ekstremitas yang tiba-tiba serta menghisap jari dengan jari
telunjuk dan jari ibu membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi
ekstremitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
· Startle
Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku dan tangan tetap tergenggam.
· Tonik leher
Jika
kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya
akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki
fleksi.
· Neck-righting
Jika
bayi terlentang, kepala dipalingkan kesalah satu sisi, bahu dan batang
tubuh membalik ke arah tersebut dan diikuti dengan pelvis.
· Inkurbasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang distimulasi.
Keadaan Klinik Bayi Normal segera sesudah Bayi Lahir
Pada
waktu bayi lahir sangat aktif. Bunyi jantung pada menit-menit pertama
kira-kira 180x/menit yang kemudian turun sampai 140x/menit – 120x/menit
pada waktu bayi berumur 30 menit. Pernafasan cepat pada menit-menit
pertama (kira-kira 80x/menit) disertai dengan pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung
10 – 15 menit. Kelanjutan keaktifan yang berlebih-lebihan adalah bayi
menjadi tenang dan relatif tidak memberi reaksi terhadap rangsangan dari
luar dan dari dalam. Dalam keadaan ini bayi tertidur untuk waktu
beberapa menit sampai 4 jam. Pada saat bayi pertama kali bangun dari
tidurnya ia mudah terangsang, dengan frekuensi bunyi jantung meningkat,
dan dengan perubahan warna, serta kadang-kadang dengan keluarnya lendir
dari mulut. Sesudah masa ini dilampaui, keadaan bayi mulai stabil dan
daya isap serta refleks telah mulai teratur.
BAB III
PEMBAHASAN
Adapun hal-hal yang harus kita lakukan saat kita menolong persalinan adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan alat-alat di kamar bersalin
Perlengkapan yang diperlukan di kamar bersalin ialah:
a. Alat penghisap lendir ( mucus extractor );
b. Tabung oksigen dengan alat pemberian oksigen kepada bayi;
c. Untuk
menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu disediakan laringoskop
kecil, masker-muka kecil, kanula trakea, ventilator kecil untuk
pernafasan buatan; selain itu perlu pula disediakan obat-obat, seperti
larutan glukosa 40%, larutan bikarbonas natrikus 7,5% dengan alat
suntiknya, dan nalorfin sebagai antidotum terhadap obat-obatan berasal
dari morfin atau petidin yang mungkin diberikan kepada ibu selama
persalinan dan yang dapat mengakibatkan penekanan pernafasan pada bayi;
d. Alat pemotong dan pengikat tali pusat serta obat antiseptik dan kain kasa steril untuk merawat tali pusat.
e. Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu;
f. Tempat
tidur bayi atau inkubator yang selalu dalam keadaan hangat, steril dan
dilengkapi dengan kain atau selimut katun; hal ini penting untuk
mencegah bayi kehilangan panas pada waktu dipindah dari kamar bersalin
ke kamar perawatan;
g. Lain-lain : kapas, kain kasa, baju steril, serta obat antiseptik yang akan dipakai oleh dokter, mahasiswa, bidan dan perawat sebelum menolong bayi yang akan lahir;
h. Stop-watch dan termometer;
i. Bila
kamar bersalin dingin oleh karena udara di daerah tersebut dingin atau
oleh karena pemakaian alat pendingin, sebaiknya tempat untuk resusitasi
di beri pemanasan khusus, supaya bayi tidak menderita trauma dingin (
cold injury ); suhu ruangan yang cukup untuk bayi ialah 30 derajat
celcius.
Sebelum
bayi lahir semua hal di atas harus diperiksa apakah sudah steril,
apakah semua alat sudah lengkap, dan apakah tidak ada yang macet.
Tindakan umum pada semua bayi di kamar bersalin harus aseptik dan
antiseptik, suhu lingkungan harus diatur dan jalan nafas harus selalu
bebas.
2. Perawatan segera setelah Bayi Lahir
Penanganan
bayi dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan lahir, yaitu dengan
melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada di sekitar mulut
dan hidung dengan kapas atau kasa steril. Kemudian kelopak matanya
dibersihkan dengan kapas atau kasa steril satu demi satu, dimulai dari
dalam ke luar. Sesudah bayi lahir lengkap, saat lahir segera dicatat
dengan jam waktu (stop-watch). Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan
satu tangan, sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi yang lebih
rendah daripada kaki dengan posisinya dalam ekstensi sedikit untuk
memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar dari trakea dan farings.
Sementara itu seorang membantu menghisap lendir dan cairan dengan alat
penghisap lendir.
Bayi
sehat akan menangis dalam waktu 30 detik; tidak perlu dilakukan apa-apa
lagi oleh karena bayi mulai bernafas dan warna kulitnya
kemerah-merahan. Kemudian bayi diletakkan mendatar kira-kira sama
tingginya dengan atau sedikit di bawah introitus vaginae. Bila mulut
bayi masih belum bersih dari cairan dan lendir, pengisapan lendir
diteruskan, mula-mula dari mulut, kemudian dari lubang hidung, supaya
jalan nafas bebas dan bayi dapat bernafas sebaik-baiknya.
3. Penilaian bayi waktu lahir (assessment at birth)
Keadaan
umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan nilai
Apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita
asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (heart rate),
usaha nafas (respiratory effort), tonus oto (muscle tone), warna kulit
(colour) dan reaksi terhadap rangsangan (response to stimuli), yaitu
dengan memasukkan kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas
dibersihkan. Setiap penilaian diberi angka 0, 1, 2.
Tabel I
Nilai Apgar
|
0
|
1
|
2
|
Angka
|
Frekuensi jantung
|
Tidak ada
|
Kurang dari 100
|
Lebih dari 100
| |
Usaha nafas
|
Tidak ada
|
Lemah/tidak teratur (slow/ irregular)
|
Baik/ menangis (good/ crying)
| |
Tonus otot
|
Lumpuh
|
Ekstremitas dalam fleksi sedikit
|
Gerakan aktif
| |
Reaksi terhadap rangsangan
|
Tidak ada
|
Sediki gerakan mimic (grimace)
|
Batuk/ bersin
| |
Warna kulit
|
Pucat
|
Badan merah, ekstremitas biru
|
Seluruh tubuh kemerah-merahan
| |
Nilai Apgar:
1. 7 – 10 bayi normal (vigorous bayi)
2. 6 – 7 asfiksia sedang-ringan
3. 0 – 3 asfiksia berat
Bila
nilai Apgar dalam 2 menit tidak mencapai nilai 7, maka harus dilakukan
tindakan resusitasi lebih lanjut oleh karena bila bayi menderita
asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-gejala
neurologik lanjutan dikemudian hari lebih besar. Berhubung dengan itu,
penilaian menurut Apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada
umur 5 menit.
4. Identifikasi bayi
Identifikasi
dilakukan segera setelah lahir dan ibu masih berdekatan dengan bayinya
di kamar bersalin. Sebagian Negara mengambil tanda pengenal bayi dari
cap kaki atau telapak kaki. Akan tetapi, pada umumnya tanda pengenal
berupa secarik kertas putih atau berwarna merah atau biru (tergantung
pada jenis kelamin bayi) dan di situ ditulis nama keluarga (terutama di
Negara Barat), tanggal, dan jam lahir bayi. Kertas ini dimasukkan ke
dalam kantong plastik yang dengan pita diikatkan pada pergelangan tangan
atau kaki bayi. Keterangan yang sama diikatkan di pergelangan tangan
ibu. Pemasangan pita perlu dilakukan sedemikian rupa. Sehingga hanya
bisa dilepas kalau digunting. Cara lain ialah memakai dua potong logam
yang tipis dengan pinggiran yang tumpul, dan pada lemping tiap-tiap
logam tertera angka yang sama. Logam yang satu diikatkan pada
pergelangan tangan bayi dan yang lain pada ibu (logam mempunyai lobang
di pinggirnya untuk memasukkan benang sebagai pengikat).
Diperiksa
juga genetalia eksterna bayi untuk mengetahui jenis kelaminnya. Pada
laki-laki perlu diperiksa apakah ada fimosis atau tidak; apabila ada,
sebaiknya dilakukan penyunatan (circumcision). Begitu pula ditentukan
apakah desensus testikulorum sudah lengkap.
Bila
ibu sadar, bayinya diperlihatkan kepadanya dan diteliti apakah tanda
pengenal bayi sama dengan tanda pengenal ibu. Bila ibu tidak sadar, bayi
tersebut diperlihatkan kepada ayah atau keluarganya yang menungguinya.
Hal ini perlu untuk mencegah terjadinya kekeliruan dikemudian hari.
5. Perawatan tali pusat
Pemotongan
dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara
ibu dan bayi. Waktu pemotongan tali pusat tergantung dari pengalaman
seorang ahli kebidanan. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat
terhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat
(high risk baby) perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin,
agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Tali pusat dijepit
dengan koker kira-kira 5 cm dan sekali lagi kira-kira 7,5 cm dari pusat.
Pemotongan dilakukan diantara kedua alat penjepit tersebut. Kemudian
bayi diletakkan di atas kain bersih atau steril yang hangat dan
ditempatkan di tempat tidurnya. Setelah itu dilakukan pengikatan tali pusat dengan beberapa cara, seperti di bawah ini:
a. Alat
penjepit plastik, yang khusus dibuat untuk tali pusat dan dapat dibuang
kemudian (disposable), dipasang 1 cm dibawah alat penjepit yang sudah
dipasang lebih dahulu. Alat penjepit plastik ini tetap
memberi tekanan pada tali pusat, walaupun selei Wharton (Wharton’s
jelly) mengkerut dan kemudian dibuang bersama dengan lepasnya tali
pusat.
b. Pita
dari bahan nilon yang sangat kuat dan yang disimpan dalam bungkus
plastik steril diikatkan rangkap pada tali pusat seerat-eratnya,
sehingga tidak mudah lepas, dan terus menekan tali pusat, walaupun selei
Wharton sudah kering. Pita ini dibuang bersamaan dengan lepasnya tali
pusat.
c. Benang
diikat kuat dengan ikatan rangkap pada tali pusat. Pengikatan dengan
benang katun steril ini tidak menjamin penekanan yang terus-menerus pada
tali pusat. Walaupun pada permulaan ikatannya sudah baik, tetapi karena
tali pusat mengkerut, ikatan bisa menjadi longgar sehingga memungkinkan
terjadinya perdarahan. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan ini
haruslah dilakukan observasi yang berulang-ulang pada waktu-waktu
terentu selama 48 jam. Perdarahan tidak mungkin terjadi pada pemakaian
alat penjepit plastik dan pita dari nilon oleh karena terjadi penekanan
yang terus-menerus pada tali pusat.
Bahaya
lain yang ditakutkan adalah bahaya infeksi. Untuk menghindari bahaya
tali pusat yang dapat menyebabkan sepsis, meningitis dan lain-lain, maka
ditempat pemotongan, di pangkal tali pusat, serta 2,5 cm di sekitar
pusat diberi obat antiseptik. Selanjutnya tali pusat dirawat dalam
keadaan kering.
6. Perawatan Rutin di bangsal bayi
Bidan atau perawat yang bekerja di bangsal bayi harus mengetahui cirri-ciri bayi yang
normal, supaya ia dapat mengenal segera perubahan tingkah launya dan
kemajuan atau kemunduran kesehatannya, dan membuat catatan serta laporan
kepada dokter. Hal ini sangat membantu dokter yang bekerja di tempat
perawatan bayi untuk melakukan tindakan dan pemeriksaan yang perlu guna
menolong bayi tersebut. Pengamatan sehari-hari harus dilakukan lengkap,
diantaranya:
1. Keadaan umum: bayi yang sehat tampak kemerah-merahan, aktif, tonus otot baik, menangis keras, minum baik, suhu tubuh 36⁰C - 37⁰C. Hal-hal yang menyimpang dari keadaan ini dianggap tidak normal.
2. Suhu tubuh diukur paling kurang satu kali sehari. Bila suhu rektal di bawah 36⁰C, bayi ini harus diletakkan di tempat yang lebih panas, misalnya di dalam inkubator yang mempunyai suhu 30⁰C -32⁰C,
atau bayi dibungkus dan diletakkan botol-botol hangat disekitarnya.
Dapat pula dipakai lampu yang disorotkan kearah bayi. Di samping
pemanasan harus pula dipikirkan kemungkinan bayi menderita infeksi. Suhu
rektal diukur setiap ½ jam sampai suhu mencapai 37⁰C.
3. Menimbang
berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari. Dalam tiga hari pertama
berat badan bayi akan turun oleh karena bayi mengeluarkan air kencing
dan mekonium, sedang cairan yang masuk belum cukup. Pada hari keempat
berat badan akan naik lagi.
4. Tinja
yang berbentuk mekonium berwarna hijau tua yang telah berada di saluran
pecernaan sejak janin berumur 16 minggu, akan mulai keluar dalam waktu
24 jam; pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2 – 3. Pada ari
ke 4 sampai ke 5 warna tinja kembali cokelat kehijau-hijauan.
Selanjutnya warna tinja akan tergantung dari jenis susu yang diminumnya.
Misalnya, bayi yang mendapat air susu ibu, tinjanya akan berwarna
kuning dan lembek. Defekasi mungkin 3 – 8 kali sehari. Bayi yang
mendapat susu buatan tinjanya akan berwarna keabu-abuan dengan bau yang
sedikit menusuk.
5. Air
kencing: bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, air
kencing akan keluar dalam waktu 24 jam. Yang harus dicatat ialah kencing
pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta warnanya. Bila bayi tidak
kencing atau kencingnya menetes dan tampak perubahan warna kencing, hal
itu harus segera dilaporkan dokter.
6. Perubahan
warna kulit: perlu diteliti apakah kulit tidak menjadi pucat, kuning,
biru, atau timbul perdarahan di kulit seperti purpura, petekia, dan
lain-lain. Bila bayi muntah, perlu dicatat jumlah, warna, konsistensi
yang dikeluarkan, cara muntah, dan adakah hubungannya dengan pemberian
minum.
7. Pada
perubahan pernafasan dicatat frekuensi dan bentuk pernafasan (dangkal/
dalam), apakah ada apnea, dan apakah ada hubungannya dengan pemberian
minum.
8. Hal-hal
lain, bila ada keragu-raguan dalam menilai keadaan bayi, sebaiknya
diminta pendapat bidan atau perawat yang berpengalaman atau langsung
dilaporkan dokter.
Hal-hal lain yang harus diperhatikan juga adalah:
a. Memberi vitamin K
Kejadian
perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan
cukup tinggi, berkisar antara 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah terjadinya
perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu
diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko
tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mgIM.
b. Memberi obat tetes/mata
Di
beberapa negara parawatan mata bayi baru lahir secara hukum di haruskan
untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorium.di daerah dimana
prevalensi gonorea tinggi,setiap baru lahir parlu di beri salep mata
sesudah 5jam bayi baru lahir.pemberian obat mata eritromisin 0,5%
dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit
menular seksual).
· Parawatan
mata harus di kerjakan segera.tindakan ini dapat dikerjakan setelah
bayi selesai dengan perawatan tali pusat, dan harus dicatat dalam status
termasuk obat apa yang di gunakan.
· Yang lazim dipakai adalah larutan perak Nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada bayi segara setelah bayi lahir.
7. Pemantauan bayi baru lahir
Tujuan
pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal atau tidak ada identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir
yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak
lanjut petugas kesehatan. Hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada
jam pertama sesudah lahir meliputi:
- Kemampuan menghisap kuat atau lemah,
- Bayi tampak aktif atau lunglai,
- Bayi kemerahan atau biru.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital
(cacat bawaan) yang berat. Bayi yang baru lahir normal tidak hanya
normal pada saat dia baru lahir saja tetapi juga memiliki keadaan yang
normal setelah dia keluar dari rahim, diantaranya adalah frekuensi
jantungnya, pernafasannya, reflex-refleks yang harus ada pada bayi baru
lahir normal, dll.
Adapun
penilaian dari normal atau tidaknya bayi dapat dinilai dengan
menggunakan penilaian apgar. Penilaian selanjutnya pada bayi baru lahir
juga dilakukan saat dia berada di bangsal bayi.
0 komentar:
Posting Komentar